18 January 2014

Kesombongan jadi penderitaan

Seorang Ayah begitu senang bukan kepalang di saat menerima surat dari puteranya yang bertahun-tahun menghilang. Ditambah lagi ia adalah putera semata wayangnya. Maklum seorang putera pergi meninggalkan orang tuanya sebab ditugaskan perang ke Amerika pada 8 tahun yang lalu. Dan sejak 5 tahun yang terakhir, ayahnya tidak pernah menerima satu kalipun kabarnya dari putera tunggalnya itu. Diduga bahwa puteranya telah gugur di medan perang. Saudara bisa membayangkan betapa sangat bahagianya perasaan sang Ayah itu. Dalam surat itu tertulis bahwa puteranya akan pulang besok.

keesokan harinya telah dipersiapkan segalanya untuk menyambut kepulangan putera semata wayangnya, sampai pada malam hari sebelum hari H diadakan pesta semarak untuk dia, seluruh anggota keluarga dan teman-teman bisnis diundang semuanya.

Sore hari si Ayah menerima telepon dari puteranya yang sudah berada di bandara.

Si Putera: “ayah, bolehkah aku membawa teman baikku?”

Ayah: “Oh tentu saja, rumah kita cukup besar dan kamar pun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan.”

Si Putera: “Tetapi temanku adalah seorang cacat, sebab korban perang di Amerika.”

Ayah: “oh tidak jadi masalah nak. bolehkah aku tahu, bagian mana yang cacat?” (nada suaranya sudah agak menurun)

Si Putera: “Ia kehilangan tangan kiri dan kedua kakinya!”

Si Ayah dengan nada terpaksa, sebab si Ayah tidak mau mengecewakan puteranya: “Asal hanya untuk sementara saja, aku kira tidak jadi masalah.”

Si Putera: “tetapi masih ada sesuatu yang harus aku ceritakan kepada Ayah, temanku itu wajahnya juga rusak. Dan juga kulitnya, sebab beberapa besar hangus terbakar, pada saat ia ingin menolongku waktu di medan perang, ia menginjak ranjau, sehingga tidak hanya tangan dan kakinya saja yang hancur, melainkan seluruh wajah dan tubuhnya ikut terbakar!”

Si Ayah dengan nada kesal dan kecewa, “Nak, lain kali saja temanmu diundang ke rumah kita, untuk sementara ini suruh saja ia tinggal di hotel, biar ayah yang bayar biaya penginapannya.”

Si Putera: “tetapi ia teman baikku, aku tidak ingin berpisah darinya!”

Si Ayah: “Coba pikir baik-baik nak, ayah kamu ini adalah seorang konglomerat yang tersohor dan kita sering kedatangan tamu para pejabat dan orang-orang penting. Apalagi nanti malam kita akan mengadakan pesta kedatanganmu, bahkan akan dihadiri oleh beberapa menteri indonesia, apa yang akan mereka katakan jika nanti melihat temanmu itu yang cacat. Bagaimana lingkungan dapat menerima kita nanti? Bisa jadi derajat kita akan turun dan yang pasti bisa merusak reputasi binis usahaku nak.” Tanpa menjawab sepatah kata lagi, si putera menutup telponnya.

Pesta digelar besar-besaran. Tetapi hingga malam sudah larut ternyata putera itu tidak pulang, ayahnya mengira bahwa puteranya marah dan tersinggung. Kerena temannya tidak diijinkan berkunjung ke rumah mereka.

Pukul tiga dini hari, si ayah mendapat telepon dari rumah sakit supaya beliau segera datang ke sana, sebab harus mengidentifikasi mayat dari orang yang bunuh diri semalam. Mayat seorang pemuda bekas tentara Indonesia yang ditugaskan ke Amerika yang telah kehilangan tangan kiri dan kedua kakinya.

Pikirnya Si ayah mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman puteranya, tetapi kenyataan berkata lain. Pemuda itu ternyata puteranya sendiri. Akhirnya Si Ayah kehilangan putera tunggalnya!

untuk kiat sukses klik disini

0 komentar:

 
;