23 May 2012

“My First Anniversary”


“My First Anniversary”
A story By: Ray Ankers Edan
Terlihat ada sosok pria sedang duduk di bangku taman seorang diri. Ia menanti seorang wanita yang telah menjadi kekasihnya setahun yang lalu. YA ! hari ini adalah tepat First Anniversary pohon cinta yang mereka tanam di dalam hati mereka masing-masing. Tampak riang sekali wajah Pria yang bernama Shugie itu. Dengan menghirup bunga mawar yang ia genggam dan sesekali ia melihat jam tangannya. Ia sudah menunggu sekitar sepuluh menit. Namun pujaan hatinya belum juga datang. Ia memandangi taman sekitarnya. Senyuman Pria itu terbentang ketika ia melihat sosok yang ia kenali dengan jelas. Wanita itu berjalan perlahan dengan senyum yang terukir indah. Dialah wanita yang ia tunggu. Dengan Jilbab merah serta balutan gaun warna putih bersih dengan jahitan bunga mawar di sebelah dada kiri membuat wanita itu tampak anggun sekali. DEWI. Nama wanita yang telah menyirami benih cinta di hati Shugie selama ini.

“Sudah lama menunggu ya?” tanya wanita itu sambil duduk di sebalah Shugie.

Shugie tersenyum manis. “Tidak ada kata lama untuk menunggumu.”

Wanita itu ikut tersenyum indah. Jilbabnya sedikit bergoyang bersama hembusan angin yang membuat beberapa ranting pohon menari. Mereka beradu tatap. Jelas terlihat pancaran cinta di kedua mata mereka. “Masih ingatkah kamu tentang hari ini?” Tanya Shugie di tengah kesunyian diantara mereka.

Wanita cantik itu mengangguk perlahan. Dan senyumannya masih terukir dengan indah. Tatapan masih menatap jauh kedalam mata Shugie. “Bunga mawar ini, sangatlah indah apabila berada bersama orang yang indah juga.” Seru Shugie sambil menarik tangan Dewi dan memberikan bunga itu kepadanya.

“Terima kasih.” Serunya sambil menghirup harum dari kelopak mawar itu.

Shugie memandangi wajah wanita yang sudah berhasil membuat bunga cinta yang ada di dalam hatinya tumbuh lagi. “Sayang, ingatkah saat kita pertama kali bertemu dan saling sapa?” Tanya Shugie sambil menoleh sedikit kearah Dewi.


Masih sambil menghirup makhota dari bunga mawar, Dewi mengangguk perlahan. Shugie melemparkan pandangannya kedepan dan Dewi tetap menatap wajah Shugie yang terlihat hanya samping kanan wajahnya. Shugie pun mulai bercerita tentang pertama kali ia mengenal dan bertemu dengan wanita yang kini menjadi kekasihnya itu. Dengan tiga helaan nafas Shugie mulai membuka lembaran cerita yang mengawali kisah ia di dalam samudera cinta yang begitu dahsyat.

JJJJ

Berawal di dunia maya. Tepatnya di jejaring sosial Facebook. Tepatnya saat Shugie sedang di landa badai kehancuran sejak di tinggal oleh seorang yang dulu sempat singgah dan pergi dari hatinya. Dan kini ia hanya bisa berdoa untuk kebahagiaannya dan juga orang-orang yang bersamanya. Dan dengan kejadian itu Shugie tak mau larut dalam kehidupan masa lalu. Biarlah ia hancur terlindas roda waktu yang terus berputar tanpa henti.

Saat itu Shugie sedang berkunjung ke salah satu rumah temanku yang berada di komplek tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia berkunjung kerumah Wahyu, salah seorang sahabatnya untuk berbagi cerita. Dengan tampang yang masih terpukul akibat masalah yang melanda hati dan juga pikirannya. Ia mulai berbagi cerita dengan sahabatnya itu.

Shugie pun bercerita panjang lebar tentang kehancuran hubungannya bersama Maulida. Ia adalah seorang wanita yang sangat ia cintai. Namun hubungan itu kandas akibat adanya pihak ketiga yang masuk secara paksa dan membuat hati Maulida berpaling seratus delapan puluh derajat dan tak mau lagi melanjutkan hubungannya bersama Shugie. Wahyu sebagai sahabatnya sangat terkejut mendengar kehancuran ini.

“Wah sayang sekali sob, hubungan yang udah hampir dua tahun lo jalani bersama Maulida bisa lenyap begitu saja?” tanya Wahyu sambil diiringi anggukan kepala Shugie. “…Lo gak mencoba untuk mempertahankannya?” Tanyanya lagi.

“Gue udah berusaha, tapi mau bagaimanapun juga, Maulida takkan berputar arah lagi kepada gue.” Jawab Shugie sambil memegang erat kepalanya yang tertunduk.

“Murahan juga cewek lu itu…” Seru Wahyu sambil menyalakan Laptopnya, “…mudah sekali berpaling ke lain hati.” Sambungnya.

“Iya seperti yang lo nilai, sudah sebulan ini gue sulit sekali percaya kalau ini benar-benar sudah berakhir.” Seru Shugie.

Shugie masih tertunduk lesu. Hatinya yang dulunya banyak bunga yang bersemi kini mengalami musim gugur yang berkepanjangan. Ladang cinta di dalam hatinya kini mengalami kekeringan yang sangat dahsyat. Tak ada satupun bunga cinta yang berkembang lagi. Sambil menyandarkan kepala di sofa empuk di dalam kamar Wahyu, Shugie pun memikirkan bagaimana caranya ia Move Ondari masalah ini.

“Bro, ada facebook cewek nih, namanya Dewi Amalia.” Seru Wahyu sambil mengarahkan layar laptopnya kearah Shugie yang masih bersandar.

“Halah biar ajalah, toh nanti gak ada ngaruhnya sama masalah ini.” Seru Shugie sambil mengangkat gelas minumnya dan menyeruput isi dari gelas itu.

“Ya mungkin aja ini awal dari kabangkitan lo, setelah jatuh dari jurang percintaan.” Gerutu Wahyu dengan suara yang pelan.

Mungkin Shugie mendengar sedikit gerutuannya Wahyu. Ia bangkit dan bergerak menuju tempat dimana Wahyu sedang asyik dengan laptop dan Facebooknya itu. Wahyu tersenyum ketika Shugie sudah mendekat serta mengambil sebuah bangku empuk dan duduk disebelah sahabatnya itu.

“Hhhhah…” Wahyu menghela nafas, “…seperti yang gue duga, lo pasti penasaran ‘kan?” tanya Wahyu sambil membuka akun facebook si Dewi Amalia itu.

Mereka berdua melihat-lihat isi foto di akun wanita tersebut. Dan Shugie pun meng-comment beberapa status dari akun wanita tersebut. Ternyata wanita itu meresponsnya dengan cepat. Wahyu yang sekarang duduk di sebelah sahabatnya yang sedang asik bermain dengan Laptopnya kini membiarkan si Shugie bermain untuk sementara waktu. Shugie masih sibuk dengan laptop sahabatnya itu sampai-sampai ia tidak menyadari kalau Wahyu sudah meninggalkan ia sendirian di dalam kamarnya. Shugie pun masih sibuk ber-Comment ria dengan wanita yang di akunnya bernama Dewi Amalia itu.

“Nih sob makan dulu sudah mau sore, sedangkan lo dari tadi belum makan.” Seru Wahyu sambil memberikan satu bungkus nasi padang kepada Shugie yang kini sudah bisa tersenyum.

Shugie terus menjelajahi isi akun si wanita tersebut. Dan terlintas di benaknya untuk menanyakan nomor handphone-nya agar ia bisa berhubungan lebih lanjut dan tidak berakhir sampai disini saja. Ternyata setelah lama mencari, ia menemukan rangkaian nomor Handphone wanita tersebut di dalam akun facebook si wanita itu. Ini adalah awal dari ketertarikan Shugie kepada wanita yang sangat asik diajak bicara walau lewat sebuah tulisan singkat di dalam jejering sosial Facebook.
===========================================================================

Malam harinya di dalam kamar Shugie. Ia melihat langit-langit rumahnya masih dengan tatapan kosong. Perasaan dalam hatinya masih berkecamuk rasa kesal, marah, dan juga cemburu. Shugie masih belum bisa terima dengan semua keadaan ini. Yang awalnya ia masih bisa tersenyum bersama dan juga masih bisa tertawa. Kini berubah menjadi Shugie yang pemurung. Hambusan nafas terdengar sekali di dalam kamar itu. Hembusan yang bertanda sesak sekali dadanya saat bernafas akibat bercampurnya perasaan dalam hati.

Seolah mengingat sesuatu. Senyumannya terbentang dan ia mencari sebuah kertas yang tadi sore ia gunakan untuk mencatatkan sebuah nomor. Dia mencari ke dompet, ke tas, dan ke kantong celana panjang yang tadi ia gunakan. Ternyata kertas itu tetap tidak ada. Dalam tiga helaan nafas, ia mulai sedikit berpikir. Ia mempraktekan saat-saat setelah ia mencatat nomor Dewi Amalia itu.

“Aha ! masih tertinggal bersama pulpen disebelah laptop Wahyu.” Seru Shugie sambil mengambil Handphone-nya dan menelpon Wahyu.
===========================================================================

…Suasana di dalam rumah Wahyu…

“Sebentar Gie, tadi sepertinya gue merasa ngebuang kertas itu…” Seru Wahyu sambil menjepit telepon genggamnya diantara telinga dan bahu.

“Yasudah cari dulu sana.” Seru Shugie di seberang jaringan telepon genggam itu.

Setelah Wahyu mendapatkan apa yang sahabatnya cari. Ia menyebutkan beberapa rangkaian nomor yang tercatat rapi dengan sebuah nama Dewi Amalia diatas nomor itu. Terdengar ceria sekali Shugie setelah Wahyu membacakan rangkaian nomor tersebut.
==================================================================================


…Kembali kerumah Shugie…

“Terima kasih Wahyu…” Seru Shugie dan setelah itu terdengar suara telepon terputus, “…tut…tut…tut..”

Shugie telah menyimpan nomor tersebut. Ia sedikit ragu untuk mulai menelpon atau mengirimkan pesan singkat kepada pemilik nomor itu. Setelah ia menyiapkan mental dan juga diiringi beberapa helaan nafas. Dan akhirnya Shugie memeberanikan diri untuk menelpon sang pemilik nomor telepon tersebut.

Handphone sudah menempel di telinga dan ia sedikit was-was dan juga deg-degan saat menunggu nada ‘nuuuut...nuuuut…nuuuut’ berubah menjadi suara ‘Hallo’. Ternyata apa yang ia nanti terjawab sudah. Shugie mulai memperkenalkan diri saat ia di tanya “Hallo, siapa ini?” oleh suara Wanita yang di dalam akun facebooknya bernama Dewi Amalia.

“Ini aku Shugie, orang yang tadi sore berhubungan sama kamu di jejaring social Facebook.” Jelas Shugie sambil mengambil beberapa nafas.

“Oh Kak Shugie, kenapa kak malam-malam telepon?” tanya Dewi diseberang sana.

Shugie menjelaskan apa maksud dan tujuan ia menelepon malam-malam seperti ini. Semakin lama obrolan mereka semakin mengasyikan. Shugie pun kini kembali tersenyum. Dewi  ternyata sedang mengalami apa yang sedang Shugie alami. Dewi baru beberapa minggu telah putus dari pacarnya yang telah pergi meninggalkan dirinya karena telah berpaling ke hati yang lain.

“Kak boleh tidak aku minta bantuan kakak?” Tanya Dewi yang masih di telepon genggamnya.

“Silahkan aja, selama aku bisa dan mampu.” Jawab Shugie sambil menuang minuman ke gelasnya.

Dewi pun menjelaskan apa yang ia akan rencanakan sehingga ia meminta bantuan kepada Shugie. Dengan semua penjelaskan yang dijelaskan itu, Shuige agak sedikit ragu untuk mengabulkan permintaan si Dewi. Ia pun terdiam tanpa kata hanya memandang taman yang dihiasi lampu taman di depan teras rumahnya dengan headset masih menempel jelas di telinganya. Kini Shugie terduduk di ayunan tamannya.

“Kak…” Suara Dewi mengagetkan Shugie yang tengah melamun.

“Ehh…i…iiya dhe.” Seru Shugie dengan suara terbata-bata.

“Bagaimana tadi kak, mau bantuin aku tidak untuk pura-pura menjadi pacar aku biar mantan aku itu tau kalau aku gak mau balikan sama dia, aku sudah muak sama perlakuan dia kepada aku.” Sekali lagi Dewi menjelaskan apa maksudnya kepada Shugie.

Shugie pun meng-iya-kan tawaran itu. Kerena ia juga ingin menunjukkan kalau ia bisa cepat Move-On dan tak ingin larut kepada hal yang tidak penting karena memikirkan Maulida yang sudah berpaling terlebih dahulu. Dan menurut saran dari Dewi. Ia mengubah status di akun Facebook-nya menajadi berpacaran dengan Shugie Ankers.
JJJJ
Kembali ke taman tempat Shugie bertemu dengan Dewi.
“Iya aku masih sangat mengingat kejadian saat aku meminta kamu untuk jadi pacar bohongan aku. “ Seru Dewi yang masih memeluk bunga mawar yang diberikan kepadanya.
Shugie pun kini menoleh kearah Dewi yang semakin melebarkan senyumannya. Mungkin menurut si Dewi itu adalah hal yang paling konyol. Karena demi untuk tidak jatuh ke lubang yang sama. Ia rela meminta bantuan seperti itu. Dewi pun tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian itu. Shugie melihatnya dengan tatapan penuh dengan cinta. Dan saat Dewi makin keras tertawanya, ia mengusap kepala yang terbalut jilbab merah itu agar wanita itu berhenti tertawa.
“Setelah aku minta bantuan kepada kamu, terus kamu minta juga bantuan sebaliknya untuk membuat si Maulida cemburu padamu, huh.” Seru Dewi dan langsung menunjukkan wajah cemburunya.
“Tapi karena aku minta bantuan yang sama kepada kamu, itu kan menjadi awal berlabuhnya cinta kita berdua di sebuah dermaga asmara.” Seru Shugie sambil mengusap kepala Dewi.
“Iya lalu kamu masih terus sibuk mengingat masa-masa kamu bersama Maulida itu kan? Terus kamu juga masih sibuk berhubungan sama teman-teman wanitamu yang menurutku mereka itu kecentilan.” Seru Dewi yang makin cemburu.
“Sudahlah, jangan dibahas lagi kalau yang itu, biarlah kenangan itu terindas roda waktu yang terus berputar…” Seru Shugie yang kata-katanya terpotong oleh Dewi.
“…dan larut dalam aliran kehidupan yang terus mengalir.” Seru Dewi yang berhasil mengulang kata-kata Shugie di awal mereka jadian untuk memastikan dan memantapkan hati mereka berdua.
Shugie masih tersenyum saat kekasih tercintanya masih ingat apa komitmen yang ada diantara mereka. Shugie memeluk erat bahu Dewi dan wanita yang ia cintaimya kini bersandar di bahunya dengan manja.
“Hmm. Kamu masih inget saat kita pertama bertemu?” Tanya Shugie sambil mengelus kepala yang terbalut jilbab yang indah dengan perlahan.
“Aku sangat ingat sekali moment itu…” Jawab Dewi sambil bangkit perlahan dari bahu Shugie. “…itu pertama kalinya ada pria yang sangat berani langsung bertemu aku dan juga keluarga aku.” Sambungnya.
“Kalau saat kita ke Curug Arca?” Tanya Shugie.
Dewi hanya bisa mengangguk perlahan dan tersenyum. Dewi bangkit dan berjalan menuju air mancur di dekat bangku taman yang ia duduki. Dewi yang kini semangat untuk menceritakan kisah mereka saat di curug arca.
JJJJ
Saat itu pagi hari, Dewi telah siap menanti kedatangan Shugie. Karena hari ini mereka akan pergi jalan-jalan ke Air Terjun Arca yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah Dewi yang berada di Cibarusah. Fisik dan juga mental untuk mendaki gunung dan mencapai Air Terjun itu sudah disiapkan dengan matang. Setengah jam kemudian tepat pukul delapan waktu Cibarusah Shugie sudah sampai di rumah Dewi. Mereka berdua langsung menyantap sarapan bersama yang telah tersedia di ruang makan rumah Dewi. Dan tepat pukul Sembilan waktu setempat mereka berdua menuju curug Arca yang berjarak hanya beberapa puluh kilometer dari pintu rumah Dewi.
Mereka berdua mulai berangkat bersama dan memacu motornya secara perlahan. Beberapa tanjakan, turunan, tikungan, dan beberapa trek lurus telah mereka lalui. Dan akhirnya tepat pukul setengah sebelas siang mereka tiba di depan loket menuju curug Arca. Disana hawanya masih sangat asri. Oksigen disana masih sangat asri. Bebatuan yang mengiringi jalan mereka pun benar-benar batu alam. Udara disana sangatlah dingin. Mereka berdua masih berjuang untuk bisa mencapai curug itu. Jalur yang menanjak tinggi serta tanah yang licin dan bebatuan yang sangat tajam menuntut mereka untuk tetap fokus dan bekerja sama.
Walau terlihat tampak lelah. Mereka berdua tetap tersenyum saat melihat air terjun yang menjulang tinggi. Keindahannya tak bisa diragukan lagi keasriannya belum sering terjamah tangan manusia. Mereka berdua langsung berbaur bersama derasnya air terjun yang turun itu. Mereka langsung bermain air dengan riangnya. Semakin lama permainan mereka semakin mengasyikan. Dan karena mereka merasa sangat asyik Dewi pun menjadi kedinginan seperti orang demam. Tubuhnya menggigil panas badannya meningkat. Shugie pun memberikan jaketnya untuk menghangatkan tubuh Dewi yang semakin menggigil. Setelah jaket terpakai, Shugie langsung memeluk tubuh Dewi dengan erat. Diatas batu yang sangat besar, Dewi terduduk dan memegangi kedua lututnya. Tampak sangat kedinginan sekali dia waktu itu. Dan Shugie berusaha mencari cara apapun untuk orang yang ia cintai itu. Semua cara ia tempuh dari yang mengumpulkan sampah kertas dikumpulkan dan juga di bakar, tetap saja hawa dingin itu masih menyelimuti Dewi.
“Sayang, ding…dingin banget.” Seru Dewi sambil memeluk lututnya sendiri.
Shugie yang sudah hamper kehilangan akal, akhirnya dia memutuskan untuk memeluk Dewi dengan erat. Dia terus meyakinkan Dewi untuk tetap bersabar. Akhirnya tidak beberapa lama kemudian mereka berdua memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu. Mereka langsung turun dan menuju tempat awal mereka membeli tiket masuk.
Sepanjang jalan dari Curug Arca menuju loket. Shugie terus memeluk Dewi dengan erat. Sesekali ia usap-usap jilbab yang membalut kepala Dewi. Dan  terkadang Shugie mencium kening kekasih hatinya itu. Sesampainya mereka di tempat mereka memarkir motor. Dewi masih saja menunjukkan ekspresi kedinginannya. Bibirnya pun telah biru membeku. Panas badannya sudah tinggi. Dan Shugie berusaha memberikan peran terbaiknya disaat seperti ini. Diajaknya kewarung untuk meminum wedang jahe untuk menghangatkan badan sejenak. Dan itu sedikit mengurangi efek dingin yang sedang dilanda Dewi.
“Makanya kalau mau jalan jauh, kamu makan yang banyak.” Seru Shugie setelah menyeruput wedang jahe yang telah tersaji di depannya.
Wajah Dewi langsung muram saat kekasihnya berbicara tersebut. “Maafin aku, aku kan gak biasa makan banyak.” Seru Dewi dengan wajah yang menunduk sambil menyeruput wedang jahenya.
Shugie langsung mengusap kepala Dewi dengan lembutnya. “Kamu gak salah, tapi memang kamu belum terbiasa makan banyak, yasudah habiskan wedang jahenya langsung kita pulang.” Seru Shugie setelah meneguk sisa wedang jahenya.
JJJJ
Dewi pasti masih sangat ingat kepada moment dimana dia mendapat pengertian dari sang pangeran hatinya. Dewi pun kini kembali bersandar mesra di bahu kekasihnya itu. Shugie mengusap-usap kepala Dewi sambil memandangi beberapa anak kecil sedang asyik bermain di kolam pasir tepat beberapa puluh meter didepan mereka. Wajah anak kecil sangat ceria ekspresinya pun masih sangat polos. Dewi tersenyum sangat manis ketika salah seorang balita yang sedang bermain bola udara memanggil ibunya dengan suara yang cempreng sekali.
“Semoga saja salah satu tulang rusukku yang hilang itu adalah dirimu.” Seru Shugie sambil ikut memandang kearah para balita dan anak kecil bermain.
Dewi bangkit perlahan dan menatap mata Shugie, “Aku juga selalu berdoa untuk bisa menjadi tulang rusukmu yang hilang.”
Mereka berdua berpelukan mesra di atas bangku taman itu. Cukup lama mereka melakukan adegan itu. Dan beberapa saat kemudian pelukan mereka terlepas karena ada salah satu bola udara yang menghampiri kaki mereka. Tampak anak kecil si pemilik bola udara itu datang menghampiri. Shugie mengambil bola udara itu dan menyerahkannya kepada anak kecil yang telah menumpuk tangannya sebagai tanda ia meminta bolanya itu. Shugie mengusap lembut rambut si anak kecil itu. Dewi pun hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah anak kecil yang sangat lucu itu.
Shugie mengeluarkan sebuah kotak dari dalam kantong celananya. Membukanya dan menyerahkan isi dari kotak itu kepada bidadari hatinya itu. Dewi terkejut saat melihat isi dari kotak itu. Ia tak menyangka sama sekali akan mendapatkan barang yang ia inginkan.
“Ini aku berikan hanya untukmu…” Seru Shugie sambil memasangkan sebuah cincin ke jari manis tangan kiri Dewi. “…semoga hubungan ini bisa bertahan di dalam ombak dan badai di dalam samudera cinta yang sedang kita arungi.” Tambahnya dan Shugie langsung mencium kening kekasih hatinya itu.
“Amien.” Seru Dewi sambil menahan airmata haru-nya.
“Happy First Annyversary sayangku DEWI AMALIA.” Seru Shugie sambil memeluk erat kekasih hatinya itu.
Dewi pun ikut membalas pelukan dari kekasih hatinya itu. Angin pun ikut merasakan kebahagian seperti yang mereka alami. Hembusan angin semakin besar sehingga dapat membuat semua ranting dan juga dedaunan menari indah diantara kedua sejoli yang sedang duduk di bangku taman yang diapit oleh dua pohon besar. Ayunan pun ikut bergoyang dengan sendirinya akibat tiupan angin. Daun-daun gugur dari dahannya dan berhamburan di hadapan sepasang kekasih yang masih erat di dalam hangatnya pelukan itu. Inilah awal start mereka mengarungi samudera yang makin banyak badai dan ombak… -SELESAI-


special story for my friends Shugie Ankers and to his Girlfriends Dewi Amalia 
join with us >>>> Klik HERE

0 komentar:

 
;