28 February 2012

ILONA & RAY (CAHAYA TERANG dan SINAR)


ILONA & RAY
(Cahaya Terang & Sinar)
Ilona adalah seorang gadis cantik, anggun, dewasa, dan juga sangat murah senyum. Ia hidup di lingkungan yang penuh dengan kesederhanaan. Ia senang sekali duduk di sebuah bangku taman yang sudah usang, letaknya berada diantara dua pohon beringin yang sangat besar sekali. Ia sering menghabiskan waktunya disana. Karena disana ia bisa banyak melihat aktifitas-aktifitas manusia. Dari bayi, anak kecil, hingga seorang kakek tua yang selalu duduk diatas batu besar dekat kolam di dekat taman itu.
Suatu waktu ia bertemu dengan seorang pria tinggi, putih, dan juga berwibawa. Pria itu selalu membawa buku yang mirip dengan buku agenda. Bisa disebut itu buku diary. Pria yang di ketahui bernama Ray itu, sering sekali ikut bermain bersama seorang anak kecil yang bernama Gilang, didalam bak pasir. Sesekali ia duduk dibawah perosotan berwarna merah sambil menulis di buku yang selalu ia bawa itu. Sesekali ia memandang kesekitar. Tatapannya berhenti cukup lama kearah Ilona yang sedang menikmati lollipop di bangku usang itu. Tatapannya semakin tajam kearah Ilona, dan tak lama kemudian ia tersenyum. Namun Ilona tidak sadar paras cantiknya itu sedang dipandangi oleh Ray. Tak beberapa lama, Ilona beranjak pergi meninggalkan bangku usang itu. Ray berdiri dan berjalan menuju bangku usang itu. Di pandangi bangku itu, di telusuri hingga detail.
“Tak ada yang menarik…” Seru Ray, “…kenapa wanita yang cantik itu suka duduk disini?” ray yang penasaran mencoba untuk duduk di bangku itu.
Dan ia merasakan sejuk, tenang, dan sangat indah pemandangan saat ia mulai duduk di bangku usang itu. “Bangku yang Ajaib…” Serunya takjub.
JJJJ
Keesokan harinya di waktu yang sama, yaitu di sore hari.
Terlihat Ilona sudah duduk di bangku usang itu. Kali ini Ray mencoba untuk mendekati Ilona. Ia mencoba untuk berkenalan dengan wanita itu.
“Hai, bolehkah aku duduk disebelahmu?” Tanya Ray, yang sore itu berpenampilan Rapih.

“Dengan senang hati, wahai pria yang selalu memandangiku dari perosotan merah.” Jawab Ilona dengan senyuman yang sangat manis itu.
Ray terkejut, ia kira Ilona tak melihat saat ia selalu memandanginya. Wajah Ray mendadak memerah.
“Namaku Ray…” Seru Ray sambil menyodorkan tangannya.
“Ilona, nama yang diberikan oleh Ibuku sejak aku terlahir.” Jawabnya sambil menjabat tangan Ray.
“Kau suka menulis?” Tanya Ilona memecahkan kesunyian.
“Iya, apapun kisah telah aku tulis.” Jawab Ray dengan jelas.
“Untuk apa semua itu?”
“Untuk mereka yang masih mencari-cari jalan kehidupannya.”
“Maksudmu?” Tanya Ilona sambil menatap Ray.
“Jadi, aku menuliskan semua kisah yang aku lihat, dari kisah cinta, persahabatan, keluarga, hingga kisah tentang permusuhan, sekedar hanya untuk membantu mereka agar bisa mencontoh kisah yang aku tulis dalam berjuang menghadapi segala permasalahan di kehidupan, agar mereka tak mati tergilas waktu yang terus berputar.”
“Pemikiran yang bagus…” Ilona mulai mengerti, dan tersenyum dengan manis. “…bisakah kau menulis tentang kehidupan duniaku?” tantang Ilona.
“Menuliskan tentangmu?” Tanya Ray.
“Iya, kau kan seorang penulis, mungkin saja kau pandai berkhayal tentangku.” Seru Ilona
“Ini bukan sekedar tentang khayalan, tapi ini menurut kisah yang mereka ceritakan.”
“Jadi kau mencontek kisah mereka, kau tidak bisa membuat cerita murni dari dirimu?” Tanya Ilona dengan menantang Ray.
“Baiklah kalau gitu, aku akan menuliskan kisah kita.” Seru Ray.
“Kita?”
“Iya kamu dan aku.” Seru Ray mempertegas.
“Hah…haha…hahaha… Kamu ngarang, aku kan menyuruhnya menuliskan kisah kehidupanku, kenapa jadi kita?”
“Karena dengan aku masuk dalam kehidupan kamu, aku jadi bisa menuliskan kisahmu.” Jelas Ray.
“Oke, baiklah, buktikan kalau kau bisa masuk dalam kehidupanku.” Tantang Ilona.
JJJJ
Waktu makin berlalu, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, dan hingga bulan berganti tahun. Ray masih sangat sulit untuk masuk kedalam kehidupan Ilona. Kehidupan yang sebenarnya sangat sederhana. Kehidupan yang hampir tanpa beban. Kehidupan yang mungkin orang lain anggap mudah. Namun Ilona tetaplah Ilona, sosok wanita misterius yang sangat sulit untuk di mengerti.
Ray hampir merasa lelah untuk masuk ke dalam kehidupannya. Hingga pada suatu sore, ia tak melihat Ilona duduk di bangku itu lagi. Memang sudah beberapa minggu terakhir, Ilona jarang sekali terlihat duduk di bangku itu. Kini Ray menikmati hari demi harinya sendiri tanpa bisa memandang wajah Ilona seperti yang biasa ia lakukan.
Ray terus termenung memikirkan apa yang terjadi dengan Ilona. Dia semakin cemas. Hingga Gilang, seorang anak kecil yang menjadi teman main Ray yang dulu masih kecil kini telah berumur lima tahun. Ray mendapatkan nasihat dari anak kecil itu.
“Kakak, jangan cemaskan wanita itu, aku yakin ia akan baik-baik saja, jika kakak berpikir positif tentangnya, pasti hal positif juga yang akan terjadi padanya.” Seru Gilang selayaknya orang dewasa.
“Perkataanmu benar sekali adik kecil. Kakak tidak akan  pernah berpikiran negative kepada kakak itu.” Seru Ray sambil mengusap rambut Gilang.
Ray kembali menuliskan sebuah kisah demi kisah di bangku itu. Dengan buku kecil yang selalu ia bawa, ia mulai menceritakan kisah awal pertemuannya dengan Ilona. Ray perlahan mulai menegerti mengapa dulu Ilona sering duduk di bangku ini. Karena dari bangku inilah, ia dapat melihat jauh kedepan, semua sudut taman bisa terlihat dari tempat ia duduk sekarang ini.
“Benar-benar wanita yang pintar.” Ray merasa kagum.
Terlintas senyuman Ilona di dalam benaknya. Rasa rindu mulai muncul dari dalam hatinya. Rindu yang sangat menyesakkan dada. Rindu yang sangat menyiksa batin. Ray makin tak kuasa menahan Rindu itu. Airmatanya terus mengalir. Ia pun menuliskan sebuah puisi untuk menyalurkan rasa rindunya itu.
Masa-masa Terindah
Teringat jelas di ingatanku…
Semua masa-masa terindah…
Saat kau masih ada di dekatku…
Saat ku masih bisa mendengar tawamu…
Kini…
Semua telah sirna…
Kau pergi bersama cintaku…
Dan kau biarkan aku disini sendiri…
Hampa terasa jejak ini…
Tanpa arah yang pasti ku melangkah…
Tanpa tujuan pasti ku memandang…
Tanpa maksud ku terucap…
Aku rindu…
Rindu yang takkan berujung…
Seperti cinta ini yang takkan pernah sirna…
Hanya sepi yang setia menemaniku…
Hanya kenangan yang bisa menghiburku…
Saat kau tertawa…
Semua hal yang indah tentangmu
Akan ku ingat selalu…

Ray memutuskan untuk tetap menunggu dan menunggu. Hari-hari terus berganti, bulan pun berganti bulan. Namun tiap sore hari Ilona tak kunjung datang. Rasa rindu itu makin menikam relung hati Ray. Ray tiba-tiba teriak dengan kerasnya. Berharap ia bisa mengusir rasa rindu itu. Banyak wanita yang berusaha menghibur hatinya, namun hatinya tetap satu tujuan. Yaitu Cinta ILONA. Tak ada nama lain di dalam hatinya.
“Kau dimana ILONAAAAA..” Seru Ray sambil sedikit berteriak.
Ray kembali terduduk di bangku itu. Ia terus gelisah tak menentu. Mengacak-acak rambut panjangnya, raut wajah frustasi pun tampak di wajahnya. Namun ia tetap bertahan untuk menahan gejolak rindu itu.
“I…loo…naaaa aku rindu, AKU RINDU PADAMUUUU.” Teriak Ray sambil menangis.
Ia duduk di tanah bersandar pada bangku usang itu. Tangisannya makin menjadi-jadi. Gejolak rindu itu mungkin telah meluber hingga menjadi airmata. Bertahun-tahun ia menahan Cinta yang ada di dalam hatinya. Kesetiaan sedang di uji oleh sang penguji cinta.
Tiba-tiba jauh di pandangannya ia melihat sebuah titik cahaya yang sangat terang hingga menyilaukan mata. Mata Ray menyipit karena tak kuasa menahan silaunya sinar itu. Semakin lama sinar itu semakin mendekat hingga membuat Ray tak sadarkan diri. Gelombang sinar itu begitu kuat, cahayanya sangat terang.
JJJJ
Ray telah sadarkan diri. Namun ia tak tahu berada dimana ia sekarang ini. Dunia penuh dengan warna putih, cahaya terang, dan juga begitu suci. Tampak sebuah siluet seseorang berbadan tinggi. Siluet itu semakin lama semakin dekat. Ray semakin menyipitkan matanya. Siluet itu semakin lama semakin jelas. Ternyata itu adalah seorang wanita. Wanita berambut panjang, cantik, dan juga sangat anggun.
“ILONA.” Seru Ray terkejut ketika melihat Ilona di depan matanya.
Seperti kebiasaan yang sering ia lakukan, Ilona hanya mengembangkan senyuman di bibir yang indah itu. Matanya menatap jauh kedalam mata Ray. Terpancar rasa rindu yang juga melanda hatinya.
Ray masih terdiam tak percaya melihat Ilona hadir di hadapannya. Hatinya serasa berhenti berdetak. Dadanya terasa semakin sesak karena rindu yang ia tahan kini perlahan meletus di dalam hatinya.
“Aku memang hidup di dunia ini, dunia yang hanya berisikan cahaya terang.” Seru Ilona.
“Kenapa kau tidak mau kembali ke dunia dimana kita di pertemukan?” Tanya Ray.
“Duniaku ini sangatlah tenang, tidak ada kebisingan, tidak ada kemewahan, yang ada disini hanyalah sebongkah cahaya abadi yang sangat indah dan juga menyejukan.” Jawab Ilona dengan jelas.
Ray hanya bisa mendengarnya, hanya bisa memandangnya, ia tak dapat menyentuh Ilona sedikitpun. Karena ia begitu suci di dalam dunianya. Ray hanya bisa berdiri dan berjalan disamping Ilona. Getaran cinta yang begitu kuat, gelombang asmara yang sangat hebat, dan debur ombak kesetiaan yang begitu dahsyat, semua terasa saat Ray berjalan disisi Ilona. Dalam dunia Ilona terdapat sebuah samudra lepas. Airnya sangat biru, arusnya sangat tenang, dan juga angin yang bertiup hanya semilir. Kini bisa kita lihat lagi senyuman yang terukir di bibir Ray yang hilang semenjak kepergian Ilona yang misterius.
“Ray, maukah kau tahu mengapa aku bisa hadir di hadapanmu?” Tanya Ilona sambil berayun diatas ayunan yang menghadap ke samudra itu.
“Tidak, memangnya kenapa?”
“Karena ada sebuah rasa yang menarik hatiku untuk bertemu denganmu.” Jawab Ilona dengan singkat.
”Rasa? Yang seperti apa?” Tanya Ray
“Seperti sebuah rasa yang kebanyakan orang rasakan, panuh dengan getaran, penuh dengan rasa rindu, penuh dengan rasa cemburu.” Jawab Ilona.
“Kamu merasakan sama seperti apa yang aku rasakan? Hahahah aku tidak percaya.” Seru Ray dengan nada setengah meledek.
“Buktinya aku bisa menarikmu hadir kedalam duniaku ini.” Seru Ilona.
“Duniamu begitu sunyi, begitu asri, dan begitu sempurna.” Tatap Ray kesekeliling, dan sejauh mata memandang takkan berujung.
”Hanya seseorang yang memiliki arti nama yang sama yang bisa merasakan duniaku.” Seru Ilona sambil bangkit dari ayunannya.
“Maksudmu?” Tanya Ray penasaran dan mendekat kearah Ilona.
“Iya, namaku diambil dari bahasa Hongaria, yang berarti cahaya terang. Namamu Ray, yang dalam arti sebuah sinar, jadi kau bisa aku ajak merasakan bagaimana hidup di duniaku ini.” Jelas Ilona.
Ray hanya bisa mengangguk pelan, dan berusaha menyentuh bahu Ilona namun ia tak bisa sama sekali menyentuhnya. Ilona bagaikan Hologram di dalam dunianya ini.
“Oiya, aku dengar kau sering bermain bersama anak kecil?” Tanya Ilona sambil berbalik memandang Ray.
“Iya, ia bernama Gilang, seorang anak kecil berusia lima tahun.” Jawab Ray.
“Bawa aku bertemu dengannya.” Seru Ilona bersemangat.
“Caranya?” Tanya Ray penasaran.
“Lihat di belakangamu, ia dari tadi mengikuti kita terus, ia bersembunyi di belakang pohon kelapa itu.” Seru Ilona sambil menunjuk kearah pohon yang ia maksud.
Munculah sosok seorang anak kecil yang begitu polos dan berjalan menuju mereka berdua. Tampak senyuman manis mengembang di bibir Ray dan juga Ilona. Gilang langsung bersatu bersama mereka. Gilang-lah yang menjadi saksi kesetiaan Ray selama ia menunggu Ilona kembali di dunianya. Namun takdir memepertemukan mereka di dunia yang berbeda.
Perlahan-lahan Ilona yang bagaikan Hologram berubah menjadi sosok seorang gadis kembali sama seperti pertama mereka bertemu. Kini Ray bukan hanya bisa memandang, mendengar, tapi sekarang ia juga bisa menyentuh dan juga memegang erat tangan Ilona. Gilang kini berada di dalam gendongan Ilona. Ray menggenggam erat tangan Ilona sambil menikmati indahnya hamparan Samudra di hadapan mereka. Namun ada satu hal yang membuat mereka berdua terkejut.
“Aku akan menjadi saksi hidup kisah kakak berdua untuk selamanya, dan aku akan berjanji untuk menceritakan kisah ini kepada semua orang, agar mereka tahu, ada curahan MAKNA dalam SATU kisah. Yaitu kisah KALIAN yang akan ABADI.” Seru Gilang di dalam gendongan Ilona.        -THE END-

0 komentar:

 
;