23 February 2010 0 komentar

Please Dong Ahh....!!!!

PLEASE DONG AHH…!!!
By : www.robert-badoenk.blogspot.com

“Hahahahaha.”
Terdengar begitu keras suara tawa mereka di telingaku, mereka menertawakan diriku ini yang menurut mereka aku ini aneh, norak, kampungan, dan semua hinaan yang mereka sebut itu masuk satu persatu ke dalam memoriku. Entah apa salahku ini sehingga mereka begitu. Mungkin saja mereka iri dengan diriku yang selalu mendapatkan perhatian dari semua orang yang dekat denganku. Di dalam kelas, aku merasa sepi padahal di dalam kelas itu ramai sekali seperti pasar yang tiba-tiba mengadakan diskon secara besar-besaran dan para konsumen bergerombol datang menyerbu barang dagangan yang belum mereka ketahui sebenarnya barang apa yang sedang diskon itu. Tapi hati ini serasa sesak dan gundah apabila aku bicara tak ada yang mendengarkannya. Ingin rasanya aku teriak di depan muka mereka yang tak bisa mengerti diriku yang ingin merasakan artinya teman. Ma, Pa, andaikan saja engkau masih ada di sisiku, mungkin aku tidak akan seperti ini, aku akan selalu ceria dan juga riang apabila ada kasih sayang kalian. Ma, Pa, aku bercita-cita sebagai atlet, aku akan mewujudkan semua itu. Walaupun aku tahu, itu sangat sulit untuk tercapai dengan keadaanku yang seperti ini.

“HAYYOO…!?!?” Yudha mengagetkan Irra yang sedang asyik menulis sebuah kata-kata di dalam buku Diary-nya di sebuah taman. “Lagi nulis apa sih? Boleh liat gak?” tanyanya sambil duduk di sebelah Irra.

“Eh…ng..nggak kok bukan apa-apa.” Jawab Irra dengan suara terbata-bata sambil menaruh buku Diary-nya dipangkuannya.

Yudha memang satu-satunya sahabat yang bisa mengerti keadaan Irra tidak seperti teman-teman yang lainnya yang selalu meledeknya. Yudha itu baik dan perhatian sekali Irra, kapanpun Irra sedih dan senang pasti Yudha selalu ada di sampingnya.
“Kok wajahnya cemberut sih? Hayo mikirin apa?” Tanya Yudha dengan nada yang meledek sambil mencubit pipi sahabatnya itu.
“Ihh,, kamu sok tahu nih. Siapa juga yang cemberut, wee..” Jawab Irra sambil membalas ledekan Yudha.
“Ya, kan aku Cuma tanya saja, mungkin kamu mau cerita sesuatu sama aku gitu.” Seru Yudha sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya dan melirik Irra.
“Suer.. gak ada apa-apa Yudha jeleeek.” Serunya sambil mengacungkan kedua tangannya membentuk huruf V dan mencubit pipi Yudha dengan keras sehingga Yudha merintih kesakitan.

0 komentar

Cerpen terbaru aku... ( Give Me Your Smile Before Late )


Give Me Your Smile, Before Late.
 www.robert-badoenk.blogspot.com 

Pagi itu, Cahaya sedang termenung di atas kursi roda kesayangannya itu. Dia menatapi bunga-bunga yang sedang menari-nari karena terhembus oleh angin yang tidak begitu kencang. Terlihat senyuman yang sangat indah dan tulus di bibirnya itu. Semenjak kecelakaan yang menimpanya saat dia masih bersama kekasihnya yang dahulu bersamanya namun kini telah tiada saat kecelakaan itu terjadi. Sejak itulah ia sering menyendiri dan suka memandangi bunga-bunga yang mekar dengan indah di halaman rumahnya. Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki dan orang itu langsung memeluk Cahaya dari belakang.

“Pagi Cantik…” Seru Dewi, sahabatnya Cahaya yang selalu setia berada di sampingnya.
“Pagi juga Dewei cantik.” Balasnya sambil tersenyum ke arah Dewi.
“Pagi ini sahabatku sudah sarapan belum?” Tanyanya dengan lembut.
“Udah kok, kamu tenang saja yah.” Jawabnya dengan santai.

Setelah itu, Cahaya meminta Dewi untuk menemaninya berkeliling komplek di daerah rumahnya. Mereka langsung keluar dari halaman itu dan segera berkeliling komplek. Pagi ini banyek sekali yang jogging dan juga ada banyak keluarga yang sedang berbahagia. Cahaya merasa senang sekali masih bisa menghirup udara yang segar ini.

“Dew, kita ke taman itu yuk, aku sudah lama tidak duduk di bangku itu.” Seru Cahaya sambil menunjuk ke arah kursi taman yang berwarna coklat tepat di bawah pohon beringin yang berdiri dengan kokohnya
.
Dewi segera mendorong kursi roda Cahaya menuju tempat itu. Dan dia juga membantu Cahaya turun dari kursi rodanya. Cahaya tampak bahagia sekali pagi ini.
“Cantik, kenapa dari tadi aku liat kamu tersenyum terus?” Tanyanya Dewi sambil memberikan sebuah teh botol ke Cahaya.
“Karena kalau aku tidak tersenyum, mana ada yang mau tersenyum kepadaku, aku merasa beruntung sekali masih bisa melihat dunia yang hampir rapuh ini, andaikan saja Dejan masih ada di dunia ini, lengkap sudah kebahagiaanku ini.” Jelasnya panjang lebar.

“Iya aku udah tahu kalau yang itu, aku juga merasa kehilangan Dejan, dia itu baik, sayang, perhatian, dan juga cowok paling Setia sedunia. He..he..he” Dewi tertawa terbahak.
“Iya, andaikan saja kecelakaan itu tidak merenggut nyawanya, aku pasti akan bahagiiiaaa sekali.” Seru Cahaya sambil teriak.
“Oiya Cantik, Aku belum begitu paham tetang kejadian tiga tahun yang lalu itu, kamu kan ceritain ke aku Cuma pas kecelakaannya ajah, coba dong cerita lagi.” Pinta Dewi sambil merengek.
“Iya…iya, sakit nih lengan aku kamu pegang kenceng banget.” Jawabnya sambil tersenyum.
Dan si Cahaya memulai ceritanya dari pas Dejan mengajaknya pergi seharian karena tepat pada waktu itu juga Dejan di suruh pergi ke Australia untuk melanjutkan studynya.

****

“Sayang besok aku mau ngajak kamu ke tempat yang gak mungkin kamu dan aku lupain seumur hidup, mau ya?” Seru Dejan kepada Cahaya.
“Iya sayang, aku pasti mau kok.” Jawabnya sambil tersenyum indah.
“Makasih Cantik..” Seru Dejan sambil mencubit kedua pipinya Cahaya yang sangat empuk itu.

Cahaya merintih kesakitan karana Dejan mencubit pipinya dengan keras, dia mengejar Dejan yang berlari ke balik pohon. Cahaya tidak mau kalah, ia harus bisa membalas cubitan yang membuat pipinya itu merah. Mereka saling berkejaran di taman. Dan Dejan akhirnya menyerah juga, ia rela tubuhnya di hujani cubit-cubitan.
Hari telah menjelang sore. Dejan mengantar Cahaya pulang yang rumahnya tidak jauh dari taman itu. Setelah sampai di depan gerbang rumahnya, Dejan mengecup keningnya Cahaya.

“Aku sayang banget sama kamu.” Serunya setelah mencium kening kekasih tercintanya itu.
“Aku juga sangat menyayangi kamu.” Balasnya sambil tersenyum ke arah Dejan.
Di dalam kamarnya, Cahaya membaringkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Di tatap langit-langit kamarnya di langit-langit kamarnya itu terbayang wajah Dejan yang selalu membuat hatinya Ceria dan penuh Cinta. Senyum di bibirnya sangatlah menawan sekali. Bibirnya menguap lebar, matanya perlahan tertutup dan akhirnya dia tertidur lelap.

Di waktu yang bersamaan, Dejan juga sedang membayangkan wajah sang kekasih hatinya itu. Sambil meneguk teh manisnya Dejan memandangi langit yang di penuhi bintang dari halaman depan kamarnya.

“Cahaya, maafkan aku, aku basok harus pergi ke Australia untuk melanjutkan study S1 aku disana. Aku berharap kamu merelakan aku pergi untuk sesaat.” Serunya sambil menggengam sebuah liontin yang ingin ia berikan kepada Cahaya.
Dejan mengantuk dan pergi ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Dengan selimut yang tebal, ia hangatkan tubuhnya yang mulai terserang dinginnya udara malam.

****

“Sayang, maaf aku terlambat.” Seru Dejan sambil memarkir motornya di halaman rumah Cahaya.
“Iya gak papa kok, aku juga baru ajah keluar dari rumah.” Balasnya dengan sikap yang ramah.
Cahaya saat itu terlihat sangat anggun dan cantik sekali memakai gaun wanra putih yang serasi dengan warna kulitnya yang juga putih.
“Kamu cantik banget.” Dejan terkagum.
“Baru tahu ya kalau aku Cantik???” Tanya Cahaya dengan pede.
“Udah dari dulu sayang…” Seru Dejan sambil mencubit hidung Cahaya.
“Kebiasaan nih kamu, sakit tauk.” Cahaya mengusap hidungnya.
“Iya maaf, yuk kita lets go.”

Cahaya langsung naik ke atas motornya Dejan. Segeralah motor itu melaju menuju tempat yang Dejan maksud. Sepanjang jalan, Cahaya memeluk Dejan dengan erat sekali. Dejan mengusap tangannya Cahaya yang sedang memeluknya. Dan tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah danau yang cukup bersih dan juga sejuk sekali. Dejan memarkir motornya di bawah pohon yang besar. Dejan mengajak Cahaya ke pinggir danau itu, dan menaiki sebuah perahu yang terbuat dari kayu yang kuat. Dejan mendayung perahu itu ke tengah danau yang airnya cukup tenang itu.

“Sayang sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu.” Dejan membuka pembicaraan setelah lelah mendayung.
“Minta maaf tentang apa?” Tanya Cahaya heran karena tiba-tiba Dejan minta maaf begitu saja.
“Aku harus pergi dari Negara ini, walau Cuma empat tahun sayang, aku berat banget ninggalin kamu, aku di suruh sama Mama, untuk melanjutkan study S1 aku di sana.” Jelas Dejan.

Cahaya terdiam…
“Kenapa baru cerita ke aku? Kamu anggep aku kemana? Aku selalu cerita ke kamu kalau ada sesuatu yang kamu gak tahu tentang aku..!! “ Teriak Cahaya dan menangis karena berat untuk berpisah dengan Dejan.
“Untuk itu aku minta maaf sama kamu. Maafin aku sayaang, maafin aku…” seru Dejan sambil memeluk Cahaya.

“Kamu jahat… kamu jahat sayang…” tangisan Cahaya semakin menjadi-jadi.
“Maaf, aku berharap kita tidak akan terpisah walau harus menjalani Long Distance Relationship. Aku tetap berharap kamu mau jaga aku disini…” Seru Dejan sambil memegang bagian atas dadanya Cahaya. “Jaga cintaku di hatimu.” Sambungnya.
“I..iya aku akan jaga itu.” Balas Cahaya dengan nada yang berat.
“Sudah, hapus airmatamu, aku gak mau ngeliat kamu yang selalu ceria menjadi cengeng kayak gini.” Dejan menghapus airmata yang mengalir di pipinya Cahaya itu.
Cahaya berusaha mengatur tangisannya. Dan memeluk erat tubuh Dejan yang berada di depannya itu. Dejan mendayung lagi kembali ke tepian danau.
“Sayang, ku mohon jangan tangisi kepergianku, aku pergi Cuma sebentar.” Seru Dejan sesampainya di tepian danau.

“Iya, kamu lihat deh, aku udah gak nangis lagi kan.” Seru Cahaya sambil memperlihatkan wajahnya yang sembab itu.
“Iya kamu udah gak nangis lagi. Oya sayangku… Give Me Your Smile.” Seru Dejan sambil tersenyum dengan manis.
“Nanti ajah kalau sudah sampai rumah aku, aku kasih kamu lebih dari sekedar senyuman.”
“Tapi jangan sampai terlambat ngasih senyumannya, oke sayangku.”
Mereka langsung kembali pulang, seperti saat berangkat tadi. Cahaya memeluk Dejan dengan erat. Sesekali ia mengatakan aku sayang sama kamu Dejan. Dan di balas ucapan itu dengan Dejan.
“Sayang, walau apapun yang terjadi saat aku gak disini lagi, kamu harus tetap tersenyum supaya senyum kamu itu menghapus semua perasaan sedih kamu. Oke sayang, kamu harus janji yah.” Seru Dejan yang sedang memacu motornya.

“Iya aku janji.” Jawabnya sambil memeluknya makin erat.
Sedang asyik-asyiknya melajukan motornya dengan kencang tiba-tiba dari depan terlihat bus yang sedang ngebut dan remnya blong, bus itu langsung menyambar motor Dejan. Cahaya terpental dan kakinya terlindas oleh roda Bus itu, sementara itu Dejan sudah terbaring lemas tak bernyawa di pinggir trotoar yang telah di penuhi oleh darah yang masih segar berasal dari mulut dan hidung Dejan.
Dengan menahan sakitnya, Cahaya merangkak ke arah Dejan yang sudah tak bernyawa itu. Cahaya menangis sedih. Menjerit tak karuan. Langit tiba-tiba langsung ikut menangis. Hujan yang sangat deras itu mengalirkan darah segar dari pinggir trotoar itu menuju sebuah saluran air.

“DEJAAAAAANNNN.” Teriak Cahaya sekuat tenaga.
“KENAPA KALIAN CUMA MEMANDANG, APA KALIAN SENANG MELIHAT SEMUA INI, HAH, KALIAN MANUSIA BUKAN??? CEPAT TOLONG KAMI.” Teriak Cahaya yang jengkel melihat semua orang yang berkerumun tanpa membantu.

Semua orang langsung membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat. Disana Cahaya hanya bisa menangis sedih. Cahaya telah mendapatkan pengobatan yang hasilnya tidak memuaskan, karena kakinya tidak dapat berdiri dengan tegak lagi dan harus setia bersama kursi roda yang akan menjadi teman setianya.
“Ini semua karena kamu, anak saya meninggal secara tragis.” Seru Ibunya Dejan.
“Ini semua sudah tadir Bu.” Seru sang Dokter untuk menenangkan mereka berdua.
Cahaya mamutar kursi rodanya dan meninggalkan ruangan itu. Ia menuju sebuah taman dan ia melihat bunga mawar yang mekar dengan indah. Airmatanya kembali jatuh mambasahi pipinya. Tak sanggup ia menerimanya.

****

“Sayang aku berjanji akan menepati janjiku sama kamu, aku akan selalu tersenyum agar aku gak terlalu larut dalam kesedihan yang mandalam, walaupun kini kau telah tiada, namun namamu akan selalu ada disini, di hati kecil ini, Oiya nih senyum cantik aku yang aku janjikan untukmu, maaf aku terlambat ngasih senyuman itu ke kamu, tapi aku yakin. Kamu pasti bisa melihat aku senyum tadi. Aku tetap akan menyayangimu sampai kapanpun.” Seru Cahaya di depan makamnya Dejan dan dia menabur kembang di atas makam kekasihnya itu.

Cahaya pulang kerumahnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Namun sepanjang jalan menuju rumahnya, ia tersenyum dengan sangat cantik sekali.
“Non, kok senyum-senyum ajah sih.?” Tanya supirnya Cahaya.
“Iya nih pak, lagi mau senyum ajah.” Jawabnya singkat.
“Bapak stel-in radio yah non, biar ada hiburan.” Serunya sambil menyalakan radio tape yang ada di dalam mobilnya. Mencari saluran yang bagus. Dan akhirnya Cahaya memilih saluran dimana ada seseorang yang sedang curhat.
Pria yang sedang curhat itu bernama Dejan. Ia di tanyai sama penyiar. Kenapa dia meninggalkan kekasih hatinya. Dan pria itu menjawab. Memang itu sudah takdir yang telah di atur oleh Tuhan.
“Aku mau mengucapkan terima kasih ya sayang atas senyuman kamu yang sangat cantik tadi. Aku akan mempersembahkan sbuah puisi yang khusus untukmu.

GAGAL

Cinta…
Aku merasakan kegagalan..
Dalam membahagiakan hatimu..
Sungguh ku menyesal dengan semua ini.

Mungkin aku tak pantas jadi milikmu.
Kegagalan itu telah ku berikan
Ku ingin semua berubah

Cinta..
Hapuslah air matamu
Atas semua kegagalanku
Untuk menjadi yang terbaik

Janganlah kau tangisi
Diriku memang tak pantas kau miliki.
Meskipun dalam hati ini
Berharap bisa terulang kembali.
Masa-masa indah bersamamu..

“Dejaaan, kamu masih hidup?” Seru Cahaya di dalam hati.
“Cahaya, tetap jaga cintaku. Walau nanti kau telah bersama orang lain. Selamat tinggal.” Seru pria yang mengaku bernama Dejan itu, berbarengan dengan berakhirnya ucapan itu, saluran tadi berubah menjadi saluran yang kosong tanpa ada apa-apa.
Cahaya terkejut sekali akan semua itu, kenapa orang itu mengaku Dejan, dan orang itu juga menyebut namanya. Apa mungkin itu arwahnya Dejan? Itulah yang sering di pikirkannya.
Sejauh apapun cinta itu pergi. Takkan bisa menghapus rasa yang telah melekat di hati selama apapun itu.

****

“Gitu Dew ceritanya.” Seru Cahaya sambil mengusap airmatanya yang mulai menetes lagi.
“Sedih dan bikin terharu kisah hidup kamu Ya.” Dewi ikut menangis sedih.
“Sudah dong sahabatku yang cantik. Kamu jangan ikut-ikut menangis yah.” Itu udah lama banget kok.” Serunya menenangkan Dewi di dalam pelukkannya.
Cahaya akan memulai hidupnya dengan sejuta kenangan baru yang akan dia hadapi nanti. Masih banyak orang yang mendukung hidupnya dan juga banyak dukungan untuknya.
“Kita pulang yuk, udah siang nih, panas banget dan juga aku sudah lapar lagi nih.” Seru Dewi sambil memegang perutnya yang ramping.
“Iya, makan di rumah aku ajah. Oke” Seru Cahaya sambil mengacungkan jempolnya…

01 February 2010 0 komentar

CERPEN BARU (RAY ANKERS)

My Last Valentine
By : www.robert-badoenk.blogspot.com

“Huuuhh..BT BT BT…. Arrrrrgggghhhhh“ Teriak Kirana sambil membanting hand-phonenya ke kasurnya.
“Loe kenapa Na? keliatan kusut banget wajah loe.” Seru Tia sahabatnya Kirana yang saat itu sedang berada di rumahnya.
“Masa tadi, gue nanya ke pacar gue tanggal 14 februari itu hari apa, eh di jawab malah hari minggu.” Jelasnya sambil bergerutu.
“Lah, bukannya bener kan tanggal 14 itu hari minggu.” Seru Tia dengan wajah yang sangat polos.
“Hhhhh… bodoh banget sih loe !” Kirana menoyor kepala Tia. “Tanggal 14 Februari itu Hari Valentine atau yang sering di sebut dengan kasih sayang.” Tambahnya.
“Ohh…” Tia hanya manggut-manggut saja.
Kirana memang sangat menyukai hari Valentine, tiap tahun dia pasti mendapatkan banyak sekali coklat dari para sahabatnya itu. Tapi yang paling ia benci di hari Valentine yaitu pacarnya belum sama sekali mengucapkannya kepada dirinya. Padahal dia berharap sekali ingin mendapatkan perhatian Rudi sang kekasih hatinya itu di saat Valentine tiba.
Setiap tahunnya pasti Kirana memberikan hadiah kepada Rudi yang bermacam-macam rupanya, tapi apa boleh buat, Rudi menerimanya tanpa senyum sedikit pun.
“Woy napa loe bengong jah?” Tanya Tia bingung melihat Kirana tiba-tiba bengong.
“Gue bingung selama gue pacaran sama Rudi, belum sama sekali Rudi ngucapin Selamat Hari Valentine yah sayang. Padahal gue ngarepin banget dia bilang itu.” Seru Kirana.
“Mungkin saja menurut Rudi, Valentine itu gak penting banget.”
“APAA? LOE BILANG VALENTINE GAK PENTING????“ teriak Kirana di depan mukanya Tia
“Emang.” Jawabnya enteng “Coba loe pikir deh, masa hari kasih sayang di rayain tiap satu kali setahun masuk akal gak?” Tambahnya.
“Orang gak punya pacar mana ngerti apa itu Valentine, udah gak usah ngomong sama gue lagi, males gue denger ceramah loe.”
“Ya sudah, gue pulang ajah kalo gitu.” Seru Tia sambil berlalu begitu saja.
Kirana memikirkan kata-kata yang tadi di ucapkan oleh sahabatnya itu. hari kasih sayang di rayain tiap satu kali setahun masuk akal gak? Pikirannya terus terbayang kata-kata itu setiap detik dan setiap saat. Sampai dalam mimpi-pun rekaman kata-kata itu terus terputar di dalam otaknya.

Pagi hari di sekolah…
“Pagi cinta, apa kabarnya kamu hari ini.” Seru Kirana kepada Rudi yang sudah menantinya di depan gerbang sekolahnya.
“Pagi juga, aku baik ajah kok, kamu sendiri bagaimana?”
“Baiiiikk banget, ayo kita ke kelas.” Serunya sambil menggandeng lengannya Rudi.
Mereka berjalan dengan pasti. Kadang-kadang Rudi menggelitik pinggang Kirana sampai-sampai dia mengeluarkan tertawa yang sangat lepas. Dan sesampainya di dalam kelas…
“Sayang hari minggu nanti kan tanggal 14 nih, kita jalan yuk, ada yang mau aku omongin nih.” Seru Kirana sambil menyandarkan kepalanya di bahu Rudi
“Maaf aku gak bisa…”
“Kenapa???” tanyanya sambil menunjukkan wajah yang sedih.
“Yah maaf banget, aku gak bisa nolaknya sayang…”
“Ahhhh… kamu rese, jadi mau nih?” Tanyanya sekali lagi untuk memastikan. Rudi hanya bisa menjawabnya dengan menganggukkan kepalany sambil mencubit hidungnya kirana yang sedikit mancung.
Suara bel terdengar keras dari dalam kelas. Walaupun mereka sekelas, mereka tetap main tatap-tatapan mata. Dan tiba-tiba kelas menjadi gaduh. Karena sudah ada guru bidang study b.jepang yang saat itu kebagian pada jam pertama.
“Ohayoo.” Sapa sensei itu.
Setiap siswa terlihat serius menjalani pelajaran demi pelajaran pada hari itu.

Muach. Rudi mengecup kening Kirana saat tiba di depan rumah kirana.
“Hati-hati yah sayang.” Seru kirana sambil melambaikan tangannya kepada Rudi yang akan pulang setelah mengantarnya pulang.
Dia setia menunggu sang pacar menghilang di tikungan kompleks rumahnya. Kirana langsung menuju ke kamarnya dan langsung mengganti seragamnya. Setelah itu, ia tiduran di atas kasur empuknya. Ia mengambil Hand phonenya dari atas lemari belajarnya. Dia menelpon sahabatnya Tia.
“Tia, bisa anterin gue gak?”
“Kemana?”
“Beli hadia buat Rudi, oya gue minta maaf yang soal masalah yang kemaren.”
“Iya gak papa.”
“Loe tunggu gue yah, entar gue jemput loe, gue mau mandi dulu.”
“oke”
Tut…tut…tut… (Suara telepon terputus)
Kirana langsung menuju kamar mandinya dan segera mandi. Gak lama kemudian, dia selesai dan memilih baju yang akan dia pakai. Dia mengeluarkan mobilnya langsung menuju rumah Tia yang gak begitu jauh.
Sesampainya disana, terlihat Tia telah menantinya di depan gerbang rumahnya dan segera Tia naik ke dalam mobil Kirana.
“Tia, maafin gue yah yang kemaren marah-marah gak jelas sama loe.”
“Gak papa lagi, gue juga tau watak loe emang keras banget.”
“Makasih banget yah, loe udah perhatian sama gue.”
Tia hanya mengangguk pelan. Dan gak lama kemudian, mereka sampai di tempat favourite Kirana di daerah Tebet. Mereka berjalan menyusuri toko-toko untuk memilih hadiah yang tepat untuk Rudi.
“Tia, menurut loe gimana yang ini.” Seru Kirana sambil mencocokkan jaket warna merah yang di tangannya di tubuhnya sendiri.
“Hmm.. bukannya tahun kemaren loe ngasih jaket ke dia?”
“O iya yah…”
“Gimana kalo loe ngasih dia jam?”
“Boleh juga tuh.”
Mereka langsung menuju ke toko yang menjual berbagai jenis jam tangan. Disana banyak sekali pilihan jam tangan dari yang import maupun buatan lokal yang harganya lebih murah di banding yang import.
“Hmmm yang itu gimana menurut loe?” seru Kirana sambil menunjuk jam tangan Adidas warna Black yang di hiasi sedikit model diamond dia setiap angkanya.
“Bagus, gue rasa sih pas banget sama tangannya Rudi yang putih.”
Tanpa pikir apa-apa lagi, Kirana langsung membeli jam itu dan juga tanpa di tawar. Kirana juga minta sekalian di bungkus sambil mengeluarkan amplop pink dari dalam tasnya untuk sekalian di masukkan ke dalam kadonya.
Setelah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka langsung pulang. Kirana tampak sangat ceria sekali setelah mendapatkan yang ingin ia berikan kepada Rudi. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Senyum yang terukir di wajahnya juga sangat indah sekali.
“KIRANA……” Teriak Tia saat melihat truck tepat sekali di hadapannya. Kirana segera membanting stirnya ke kanan dan kehilangan kendali, mobilnya langsung terpontang-panting. Terguling hingga jauh karena tadi mobilnya sempat menyerempet trotoar sebelum terpental.
Orang-orang di sekitar tempat kejadian langsung berusaha menyelamatkan Kirana dan Tia. Tia telah berhasil di selamatkan sementara Kirana masih terjebak dan merintih kesakitan.
“Tia, gue mohon loe bawa nih kado.” Seru Kirana sambil menahan sakit karena kakinya terjepit dan juga telah patah.
Orang yang membopong Tia langsung mengambil kado itu. Kirana akhirnya bisa di keluarkan dari mobil yang telah terbalik itu. Kirana sudah tidak sadarkan diri, sementara Tia sudah dalam perjalanan menuju Rumah Sakit terdekat dengan salah satu mobil yang di berhentikan warga sekitar. Tia memeluk erat kado itu. Walaupun dalam keadaan pingsan, tak ada seorangpun yang bisa melepaskan pelukkannya terhadap kado itu.
Setelah kurang lebih 3 hari sekarat, Tia telah sadar. Dia langsung ingat akan keadaan Kirana.
“KIRANA, DIMANA KIRANA?”
“Dia masih dalam keadaan kritis, kamu berdoa saja yah.” Seru suster yang sedang memeriksa Tia
“TOLONG TELEPON RUDI, DIA HARUS TAHU SEMUA INI.” Serunya sambil bangun dari tempat tidurnya.
Rudi segera di telepon pihak Rumah Sakit itu, dan dalam setengah jam, Rudi tiba disana.
“Gimana keadaannya?” Rudi terlihat panik.
“Ayo ikut kami.” Seru Sang Dokter.
Setelah sampai disana, Rudi terpaku melihat keadaan Kirana yang sangat mengenaskan. Banyak sekali perban yang melingkar di tubuhnya. Rudi menuju sisi tempat tidur Kirana.
“Sayang aku ada disini, di samping kamu, aku gak akan ninggalin kamu, cepat sadar sayang, sadar…sadar sayang,, sadar…” Rudi menahan gejolak dalam dadanya.
Rudi menangis sedih di samping tempat tidur itu.
“Ka..kamu a..a..ada di..disin?” Kirana mengeluarkan kata-kata itu dengan terbata-bata.
“SAYANG… kamu udah sadar?”
“si..ni..” Suara Kirana makin berat.
Rudi segara mendekatkan telinganya di dekat mulut kirana.
“Se…selamat…ha..hari Va..le…valentine.” setelah mengucapkan kata-kata itu, denyut nadi Kirana telah berhenti…
“SAYANG… SAYAAAAAAANG JANGAN BERCANDA… BANGUN… JANGAN TIDUR… SAYAAAANG BANGUUUUN” Teriak Rudi tidak karuan.
“DOKTER, TOLONG DIA DOK… TOLOOOOONG…”
“Nak Rudi, sudah jangan sedih lagi. Ini sudah takdir dia.”
Rudi menangis sedih sekali, tak sanggup ia menahan kesedihan yang sangant mendalam ini. Kekasih hatinya meninggal di depan kedua matanya dan bertepatan sehari sebelum Valentine tiba.

“Rud, dia waktu itu mau ngasih ini ke loe.” Seru Tia sambil mendekati Rudi yang sedang berada di makamnya Kirana.
“Apa ini?”
“Loe buka aja Rud, pasti loe tau kok.”
Rudi membuka kado itu, dan ia tersenyum. Rudi membuka amplop yang ada di dalam itu.
Sayang, hari ini hari Valentine, kamu tau kan aku paling suka hari Valentine, karena semua orang merayakan hari kasih sayang ini. Oya aku juga buat puisi untuk kamu lho, kamu baca yah..:
TIADA AKHIR TIADA BATAS

Bila kau tak inginkan Cinta.
Ku akan pergi dari hatimu.
Bila kau inginkan cinta.
Tanpa menyesal aku akan bertahan.

Seperti inilah aku mencintaimu
Yang tiada batas untuk kau cintai.

Aku mencoba menelusuri cinta dalam hatimu
Tanpa keraguan pada diriku
Lihatlah ku disini wahai kekasih
Yang tiada akhir ku mencintaimu.
Dan tetap setia tersenyum walau hati terluka.

Kamu pasti bingung yah? Aku sebenernya mau banget kamu mengucapkan “SELAMAT HARI VALENTINE YAH SAYANG.” Kayak orang-orang yang lain, tapi kenapa kamu gak pernah ngucapin itu, aku mau denger apa alesan kamu.
Tapi kalo kamu gak ngasih tahu juga gak papa. Aku tetap sayang kamu hingga aku mati.
By : KIRANA LARASATI

“Sayaaang kenapa sih kamu suka banget sama Hari Kebodohan ini, Hari Valentine itu adalah Hari kebodohan, kamu telah tertipu sama cerita-cerita bohong tentang indahnya Valentine, bodoh sekali sih kamu, aku sudah bilang berkali-kali dari dulu. HARI VALENTINE itu HARI KEBODOHAN… makanya aku gak mau ngucapin itu ke kamu. Dan hari ini adalah hari Valentine terakhir buat hidupmu, tapi cinta ini gak akan berkahir untuk mu…” Seru Rudi.
 
;