“My First Anniversary”
A story By: Ray Ankers Edan
Terlihat ada
sosok pria sedang duduk di bangku taman seorang diri. Ia menanti seorang wanita
yang telah menjadi kekasihnya setahun yang lalu. YA ! hari ini adalah tepat
First Anniversary pohon cinta yang mereka tanam di dalam hati mereka
masing-masing. Tampak riang sekali wajah Pria yang bernama Shugie itu. Dengan
menghirup bunga mawar yang ia genggam dan sesekali ia melihat jam tangannya. Ia
sudah menunggu sekitar sepuluh menit. Namun pujaan hatinya belum juga datang.
Ia memandangi taman sekitarnya. Senyuman Pria itu terbentang ketika ia melihat
sosok yang ia kenali dengan jelas. Wanita itu berjalan perlahan dengan senyum
yang terukir indah. Dialah wanita yang ia tunggu. Dengan Jilbab merah serta
balutan gaun warna putih bersih dengan jahitan bunga mawar di sebelah dada kiri
membuat wanita itu tampak anggun sekali. DEWI. Nama wanita yang telah menyirami
benih cinta di hati Shugie selama ini.
“Sudah lama
menunggu ya?” tanya wanita itu sambil duduk di sebalah Shugie.
Shugie tersenyum
manis. “Tidak ada kata lama untuk menunggumu.”
Wanita itu ikut
tersenyum indah. Jilbabnya sedikit bergoyang bersama hembusan angin yang
membuat beberapa ranting pohon menari. Mereka beradu tatap. Jelas terlihat
pancaran cinta di kedua mata mereka. “Masih ingatkah kamu tentang hari ini?”
Tanya Shugie di tengah kesunyian diantara mereka.
Wanita cantik
itu mengangguk perlahan. Dan senyumannya masih terukir dengan indah. Tatapan
masih menatap jauh kedalam mata Shugie. “Bunga mawar ini, sangatlah indah
apabila berada bersama orang yang indah juga.” Seru Shugie sambil menarik
tangan Dewi dan memberikan bunga itu kepadanya.
“Terima kasih.”
Serunya sambil menghirup harum dari kelopak mawar itu.
Shugie
memandangi wajah wanita yang sudah berhasil membuat bunga cinta yang ada di
dalam hatinya tumbuh lagi. “Sayang, ingatkah saat kita pertama kali bertemu dan
saling sapa?” Tanya Shugie sambil menoleh sedikit kearah Dewi.
Masih sambil
menghirup makhota dari bunga mawar, Dewi mengangguk perlahan. Shugie
melemparkan pandangannya kedepan dan Dewi tetap menatap wajah Shugie yang
terlihat hanya samping kanan wajahnya. Shugie pun mulai bercerita tentang
pertama kali ia mengenal dan bertemu dengan wanita yang kini menjadi kekasihnya
itu. Dengan tiga helaan nafas Shugie mulai membuka lembaran cerita yang
mengawali kisah ia di dalam samudera cinta yang begitu dahsyat.
JJJJ
Berawal di dunia
maya. Tepatnya di jejaring sosial Facebook. Tepatnya saat Shugie sedang di
landa badai kehancuran sejak di tinggal oleh seorang yang dulu sempat singgah
dan pergi dari hatinya. Dan kini ia hanya bisa berdoa untuk kebahagiaannya dan
juga orang-orang yang bersamanya. Dan dengan kejadian itu Shugie tak mau larut
dalam kehidupan masa lalu. Biarlah ia hancur terlindas roda waktu yang terus
berputar tanpa henti.
Saat itu Shugie
sedang berkunjung ke salah satu rumah temanku yang berada di komplek tak jauh
dari tempat tinggalnya. Ia berkunjung kerumah Wahyu, salah seorang sahabatnya
untuk berbagi cerita. Dengan tampang yang masih terpukul akibat masalah yang
melanda hati dan juga pikirannya. Ia mulai berbagi cerita dengan sahabatnya
itu.
Shugie pun
bercerita panjang lebar tentang kehancuran hubungannya bersama Maulida. Ia
adalah seorang wanita yang sangat ia cintai. Namun hubungan itu kandas akibat
adanya pihak ketiga yang masuk secara paksa dan membuat hati Maulida berpaling
seratus delapan puluh derajat dan tak mau lagi melanjutkan hubungannya bersama
Shugie. Wahyu sebagai sahabatnya sangat terkejut mendengar kehancuran ini.
“Wah sayang
sekali sob, hubungan yang udah hampir dua tahun lo jalani bersama Maulida bisa
lenyap begitu saja?” tanya Wahyu sambil diiringi anggukan kepala Shugie. “…Lo
gak mencoba untuk mempertahankannya?” Tanyanya lagi.
“Gue udah
berusaha, tapi mau bagaimanapun juga, Maulida takkan berputar arah lagi kepada
gue.” Jawab Shugie sambil memegang erat kepalanya yang tertunduk.
“Murahan juga
cewek lu itu…” Seru Wahyu sambil menyalakan Laptopnya, “…mudah sekali berpaling
ke lain hati.” Sambungnya.
“Iya seperti
yang lo nilai, sudah sebulan ini gue sulit sekali percaya kalau ini benar-benar
sudah berakhir.” Seru Shugie.
Shugie masih
tertunduk lesu. Hatinya yang dulunya banyak bunga yang bersemi kini mengalami
musim gugur yang berkepanjangan. Ladang cinta di dalam hatinya kini mengalami
kekeringan yang sangat dahsyat. Tak ada satupun bunga cinta yang berkembang
lagi. Sambil menyandarkan kepala di sofa empuk di dalam kamar Wahyu, Shugie pun
memikirkan bagaimana caranya ia Move Ondari
masalah ini.
“Bro, ada
facebook cewek nih, namanya Dewi Amalia.” Seru Wahyu sambil mengarahkan layar
laptopnya kearah Shugie yang masih bersandar.
“Halah biar
ajalah, toh nanti gak ada ngaruhnya sama masalah ini.” Seru Shugie sambil
mengangkat gelas minumnya dan menyeruput isi dari gelas itu.
“Ya mungkin aja
ini awal dari kabangkitan lo, setelah jatuh dari jurang percintaan.” Gerutu
Wahyu dengan suara yang pelan.
Mungkin Shugie mendengar
sedikit gerutuannya Wahyu. Ia bangkit dan bergerak menuju tempat dimana Wahyu
sedang asyik dengan laptop dan Facebooknya itu. Wahyu tersenyum ketika Shugie
sudah mendekat serta mengambil sebuah bangku empuk dan duduk disebelah
sahabatnya itu.
“Hhhhah…” Wahyu
menghela nafas, “…seperti yang gue duga, lo pasti penasaran ‘kan?” tanya Wahyu
sambil membuka akun facebook si Dewi Amalia itu.
Mereka berdua
melihat-lihat isi foto di akun wanita tersebut. Dan Shugie pun meng-comment beberapa status dari akun wanita
tersebut. Ternyata wanita itu meresponsnya dengan cepat. Wahyu yang sekarang
duduk di sebelah sahabatnya yang sedang asik bermain dengan Laptopnya kini
membiarkan si Shugie bermain untuk sementara waktu. Shugie masih sibuk dengan
laptop sahabatnya itu sampai-sampai ia tidak menyadari kalau Wahyu sudah
meninggalkan ia sendirian di dalam kamarnya. Shugie pun masih sibuk ber-Comment ria dengan wanita yang di
akunnya bernama Dewi Amalia itu.
“Nih sob makan
dulu sudah mau sore, sedangkan lo dari tadi belum makan.” Seru Wahyu sambil
memberikan satu bungkus nasi padang kepada Shugie yang kini sudah bisa
tersenyum.
Shugie terus
menjelajahi isi akun si wanita tersebut. Dan terlintas di benaknya untuk
menanyakan nomor handphone-nya agar
ia bisa berhubungan lebih lanjut dan tidak berakhir sampai disini saja.
Ternyata setelah lama mencari, ia menemukan rangkaian nomor Handphone wanita tersebut di dalam akun
facebook si wanita itu. Ini adalah awal dari ketertarikan Shugie kepada wanita
yang sangat asik diajak bicara walau lewat sebuah tulisan singkat di dalam
jejering sosial Facebook.
===========================================================================
Malam harinya di
dalam kamar Shugie. Ia melihat langit-langit rumahnya masih dengan tatapan
kosong. Perasaan dalam hatinya masih berkecamuk rasa kesal, marah, dan juga
cemburu. Shugie masih belum bisa terima dengan semua keadaan ini. Yang awalnya
ia masih bisa tersenyum bersama dan juga masih bisa tertawa. Kini berubah
menjadi Shugie yang pemurung. Hambusan nafas terdengar sekali di dalam kamar
itu. Hembusan yang bertanda sesak sekali dadanya saat bernafas akibat
bercampurnya perasaan dalam hati.
Seolah mengingat
sesuatu. Senyumannya terbentang dan ia mencari sebuah kertas yang tadi sore ia
gunakan untuk mencatatkan sebuah nomor. Dia mencari ke dompet, ke tas, dan ke
kantong celana panjang yang tadi ia gunakan. Ternyata kertas itu tetap tidak
ada. Dalam tiga helaan nafas, ia mulai sedikit berpikir. Ia mempraktekan
saat-saat setelah ia mencatat nomor Dewi Amalia itu.
“Aha ! masih
tertinggal bersama pulpen disebelah laptop Wahyu.” Seru Shugie sambil mengambil
Handphone-nya dan menelpon Wahyu.
===========================================================================
…Suasana di
dalam rumah Wahyu…
“Sebentar Gie,
tadi sepertinya gue merasa ngebuang kertas itu…” Seru Wahyu sambil menjepit
telepon genggamnya diantara telinga dan bahu.
“Yasudah cari dulu sana.” Seru Shugie di
seberang jaringan telepon genggam itu.
Setelah Wahyu
mendapatkan apa yang sahabatnya cari. Ia menyebutkan beberapa rangkaian nomor
yang tercatat rapi dengan sebuah nama Dewi Amalia diatas nomor itu. Terdengar
ceria sekali Shugie setelah Wahyu membacakan rangkaian nomor tersebut.
==================================================================================
…Kembali kerumah
Shugie…
“Terima kasih
Wahyu…” Seru Shugie dan setelah itu terdengar suara telepon terputus,
“…tut…tut…tut..”
Shugie telah
menyimpan nomor tersebut. Ia sedikit ragu untuk mulai menelpon atau mengirimkan
pesan singkat kepada pemilik nomor itu. Setelah ia menyiapkan mental dan juga
diiringi beberapa helaan nafas. Dan akhirnya Shugie memeberanikan diri untuk
menelpon sang pemilik nomor telepon tersebut.
Handphone sudah menempel di telinga dan
ia sedikit was-was dan juga deg-degan saat menunggu nada
‘nuuuut...nuuuut…nuuuut’ berubah menjadi suara ‘Hallo’. Ternyata apa yang ia
nanti terjawab sudah. Shugie mulai memperkenalkan diri saat ia di tanya “Hallo, siapa ini?” oleh suara Wanita
yang di dalam akun facebooknya bernama Dewi Amalia.
“Ini aku Shugie,
orang yang tadi sore berhubungan sama kamu di jejaring social Facebook.” Jelas
Shugie sambil mengambil beberapa nafas.
“Oh Kak Shugie,
kenapa kak malam-malam telepon?” tanya Dewi diseberang sana.
Shugie
menjelaskan apa maksud dan tujuan ia menelepon malam-malam seperti ini. Semakin
lama obrolan mereka semakin mengasyikan. Shugie pun kini kembali tersenyum.
Dewi ternyata sedang mengalami apa yang
sedang Shugie alami. Dewi baru beberapa minggu telah putus dari pacarnya yang
telah pergi meninggalkan dirinya karena telah berpaling ke hati yang lain.
“Kak boleh tidak aku minta bantuan kakak?” Tanya
Dewi yang masih di telepon genggamnya.
“Silahkan aja,
selama aku bisa dan mampu.” Jawab Shugie sambil menuang minuman ke gelasnya.
Dewi pun
menjelaskan apa yang ia akan rencanakan sehingga ia meminta bantuan kepada
Shugie. Dengan semua penjelaskan yang dijelaskan itu, Shuige agak sedikit ragu
untuk mengabulkan permintaan si Dewi. Ia pun terdiam tanpa kata hanya memandang
taman yang dihiasi lampu taman di depan teras rumahnya dengan headset masih
menempel jelas di telinganya. Kini Shugie terduduk di ayunan tamannya.
“Kak…” Suara Dewi mengagetkan Shugie
yang tengah melamun.
“Ehh…i…iiya
dhe.” Seru Shugie dengan suara terbata-bata.
“Bagaimana tadi kak, mau bantuin aku tidak
untuk pura-pura menjadi pacar aku biar mantan aku itu tau kalau aku gak mau
balikan sama dia, aku sudah muak sama perlakuan dia kepada aku.” Sekali
lagi Dewi menjelaskan apa maksudnya kepada Shugie.
Shugie pun
meng-iya-kan tawaran itu. Kerena ia juga ingin menunjukkan kalau ia bisa cepat Move-On dan tak ingin larut kepada hal
yang tidak penting karena memikirkan Maulida yang sudah berpaling terlebih
dahulu. Dan menurut saran dari Dewi. Ia mengubah status di akun Facebook-nya
menajadi berpacaran dengan Shugie Ankers.
JJJJ
Kembali ke taman tempat Shugie bertemu dengan Dewi.
“Iya aku masih sangat mengingat kejadian saat aku meminta kamu untuk jadi
pacar bohongan aku. “ Seru Dewi yang masih memeluk bunga mawar yang diberikan
kepadanya.
Shugie pun kini menoleh kearah Dewi yang semakin melebarkan senyumannya.
Mungkin menurut si Dewi itu adalah hal yang paling konyol. Karena demi untuk
tidak jatuh ke lubang yang sama. Ia rela meminta bantuan seperti itu. Dewi pun
tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian itu. Shugie melihatnya dengan tatapan
penuh dengan cinta. Dan saat Dewi makin keras tertawanya, ia mengusap kepala
yang terbalut jilbab merah itu agar wanita itu berhenti tertawa.
“Setelah aku minta bantuan kepada kamu, terus kamu minta juga bantuan
sebaliknya untuk membuat si Maulida cemburu padamu, huh.” Seru Dewi dan
langsung menunjukkan wajah cemburunya.
“Tapi karena aku minta bantuan yang sama kepada kamu, itu kan menjadi
awal berlabuhnya cinta kita berdua di sebuah dermaga asmara.” Seru Shugie
sambil mengusap kepala Dewi.
“Iya lalu kamu masih terus sibuk mengingat masa-masa kamu bersama Maulida
itu kan? Terus kamu juga masih sibuk berhubungan sama teman-teman wanitamu yang
menurutku mereka itu kecentilan.” Seru Dewi yang makin cemburu.
“Sudahlah, jangan dibahas lagi kalau yang itu, biarlah kenangan itu
terindas roda waktu yang terus berputar…” Seru Shugie yang kata-katanya
terpotong oleh Dewi.
“…dan larut dalam aliran kehidupan yang terus mengalir.” Seru Dewi yang
berhasil mengulang kata-kata Shugie di awal mereka jadian untuk memastikan dan
memantapkan hati mereka berdua.
Shugie masih tersenyum saat kekasih tercintanya masih ingat apa komitmen
yang ada diantara mereka. Shugie memeluk erat bahu Dewi dan wanita yang ia cintaimya
kini bersandar di bahunya dengan manja.
“Hmm. Kamu masih inget saat kita pertama bertemu?” Tanya Shugie sambil
mengelus kepala yang terbalut jilbab yang indah dengan perlahan.
“Aku sangat ingat sekali moment itu…” Jawab Dewi sambil bangkit perlahan
dari bahu Shugie. “…itu pertama kalinya ada pria yang sangat berani langsung
bertemu aku dan juga keluarga aku.” Sambungnya.
“Kalau saat kita ke Curug Arca?” Tanya Shugie.
Dewi hanya bisa mengangguk perlahan dan tersenyum. Dewi bangkit dan
berjalan menuju air mancur di dekat bangku taman yang ia duduki. Dewi yang kini
semangat untuk menceritakan kisah mereka saat di curug arca.
JJJJ
Saat itu pagi hari, Dewi telah siap menanti kedatangan Shugie. Karena
hari ini mereka akan pergi jalan-jalan ke Air Terjun Arca yang jaraknya tak
begitu jauh dari rumah Dewi yang berada di Cibarusah. Fisik dan juga mental
untuk mendaki gunung dan mencapai Air Terjun itu sudah disiapkan dengan matang.
Setengah jam kemudian tepat pukul delapan waktu Cibarusah Shugie sudah sampai
di rumah Dewi. Mereka berdua langsung menyantap sarapan bersama yang telah
tersedia di ruang makan rumah Dewi. Dan tepat pukul Sembilan waktu setempat
mereka berdua menuju curug Arca yang berjarak hanya beberapa puluh kilometer
dari pintu rumah Dewi.
Mereka berdua mulai berangkat bersama dan memacu motornya secara
perlahan. Beberapa tanjakan, turunan, tikungan, dan beberapa trek lurus telah
mereka lalui. Dan akhirnya tepat pukul setengah sebelas siang mereka tiba di
depan loket menuju curug Arca. Disana hawanya masih sangat asri. Oksigen disana
masih sangat asri. Bebatuan yang mengiringi jalan mereka pun benar-benar batu
alam. Udara disana sangatlah dingin. Mereka berdua masih berjuang untuk bisa
mencapai curug itu. Jalur yang menanjak tinggi serta tanah yang licin dan
bebatuan yang sangat tajam menuntut mereka untuk tetap fokus dan bekerja sama.
Walau terlihat tampak lelah. Mereka berdua tetap tersenyum saat melihat
air terjun yang menjulang tinggi. Keindahannya tak bisa diragukan lagi
keasriannya belum sering terjamah tangan manusia. Mereka berdua langsung
berbaur bersama derasnya air terjun yang turun itu. Mereka langsung bermain air
dengan riangnya. Semakin lama permainan mereka semakin mengasyikan. Dan karena
mereka merasa sangat asyik Dewi pun menjadi kedinginan seperti orang demam.
Tubuhnya menggigil panas badannya meningkat. Shugie pun memberikan jaketnya
untuk menghangatkan tubuh Dewi yang semakin menggigil. Setelah jaket terpakai,
Shugie langsung memeluk tubuh Dewi dengan erat. Diatas batu yang sangat besar,
Dewi terduduk dan memegangi kedua lututnya. Tampak sangat kedinginan sekali dia
waktu itu. Dan Shugie berusaha mencari cara apapun untuk orang yang ia cintai
itu. Semua cara ia tempuh dari yang mengumpulkan sampah kertas dikumpulkan dan
juga di bakar, tetap saja hawa dingin itu masih menyelimuti Dewi.
“Sayang, ding…dingin banget.” Seru Dewi sambil memeluk lututnya sendiri.
Shugie yang sudah hamper kehilangan akal, akhirnya dia memutuskan untuk
memeluk Dewi dengan erat. Dia terus meyakinkan Dewi untuk tetap bersabar.
Akhirnya tidak beberapa lama kemudian mereka berdua memutuskan untuk pergi
meninggalkan tempat itu. Mereka langsung turun dan menuju tempat awal mereka
membeli tiket masuk.
Sepanjang jalan dari Curug Arca menuju loket. Shugie terus memeluk Dewi
dengan erat. Sesekali ia usap-usap jilbab yang membalut kepala Dewi. Dan terkadang Shugie mencium kening kekasih
hatinya itu. Sesampainya mereka di tempat mereka memarkir motor. Dewi masih
saja menunjukkan ekspresi kedinginannya. Bibirnya pun telah biru membeku. Panas
badannya sudah tinggi. Dan Shugie berusaha memberikan peran terbaiknya disaat
seperti ini. Diajaknya kewarung untuk meminum wedang jahe untuk menghangatkan
badan sejenak. Dan itu sedikit mengurangi efek dingin yang sedang dilanda Dewi.
“Makanya kalau mau jalan jauh, kamu makan yang banyak.” Seru Shugie
setelah menyeruput wedang jahe yang telah tersaji di depannya.
Wajah Dewi langsung muram saat kekasihnya berbicara
tersebut. “Maafin aku, aku kan gak biasa makan banyak.” Seru Dewi dengan wajah
yang menunduk sambil menyeruput wedang jahenya.
Shugie langsung mengusap kepala Dewi dengan lembutnya. “Kamu gak salah,
tapi memang kamu belum terbiasa makan banyak, yasudah habiskan wedang jahenya
langsung kita pulang.” Seru Shugie setelah meneguk sisa wedang jahenya.
JJJJ
Dewi pasti masih sangat ingat kepada moment dimana dia mendapat
pengertian dari sang pangeran hatinya. Dewi pun kini kembali bersandar mesra di
bahu kekasihnya itu. Shugie mengusap-usap kepala Dewi sambil memandangi
beberapa anak kecil sedang asyik bermain di kolam pasir tepat beberapa puluh
meter didepan mereka. Wajah anak kecil sangat ceria ekspresinya pun masih
sangat polos. Dewi tersenyum sangat manis ketika salah seorang balita yang
sedang bermain bola udara memanggil ibunya dengan suara yang cempreng sekali.
“Semoga saja salah satu tulang rusukku yang hilang itu adalah dirimu.”
Seru Shugie sambil ikut memandang kearah para balita dan anak kecil bermain.
Dewi bangkit perlahan dan menatap mata Shugie, “Aku juga selalu berdoa
untuk bisa menjadi tulang rusukmu yang hilang.”
Mereka berdua berpelukan mesra di atas bangku taman itu. Cukup lama
mereka melakukan adegan itu. Dan beberapa saat kemudian pelukan mereka terlepas
karena ada salah satu bola udara yang menghampiri kaki mereka. Tampak anak
kecil si pemilik bola udara itu datang menghampiri. Shugie mengambil bola udara
itu dan menyerahkannya kepada anak kecil yang telah menumpuk tangannya sebagai
tanda ia meminta bolanya itu. Shugie mengusap lembut rambut si anak kecil itu. Dewi
pun hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah anak kecil yang sangat lucu itu.
Shugie mengeluarkan sebuah kotak dari dalam kantong celananya. Membukanya
dan menyerahkan isi dari kotak itu kepada bidadari hatinya itu. Dewi terkejut
saat melihat isi dari kotak itu. Ia tak menyangka sama sekali akan mendapatkan
barang yang ia inginkan.
“Ini aku berikan hanya untukmu…” Seru Shugie sambil memasangkan sebuah
cincin ke jari manis tangan kiri Dewi. “…semoga hubungan ini bisa bertahan di
dalam ombak dan badai di dalam samudera cinta yang sedang kita arungi.”
Tambahnya dan Shugie langsung mencium kening kekasih hatinya itu.
“Amien.” Seru Dewi sambil menahan airmata haru-nya.
“Happy First Annyversary sayangku DEWI AMALIA.” Seru Shugie sambil
memeluk erat kekasih hatinya itu.
Dewi pun ikut membalas pelukan dari kekasih hatinya itu. Angin pun ikut
merasakan kebahagian seperti yang mereka alami. Hembusan angin semakin besar
sehingga dapat membuat semua ranting dan juga dedaunan menari indah diantara
kedua sejoli yang sedang duduk di bangku taman yang diapit oleh dua pohon
besar. Ayunan pun ikut bergoyang dengan sendirinya akibat tiupan angin. Daun-daun
gugur dari dahannya dan berhamburan di hadapan sepasang kekasih yang masih erat
di dalam hangatnya pelukan itu. Inilah awal start mereka mengarungi samudera
yang makin banyak badai dan ombak… -SELESAI-
special story for my friends Shugie Ankers and to his Girlfriends Dewi Amalia
join with us >>>> Klik HERE
0 komentar:
Post a Comment